Dalam pertemuan
ke-dua seperti yang sudah saya tuliskan dalam postingan blog saya sebelumnya,
setiap kelompok akan kembali presentasi mengenai perkembangan produk yang sudah
disurvei selama kurang lebih dua minggu. So, I’m gonna share my experience
about the past couple weeks.
Perlu saya akui, kelompok saya melakukan survey dan
analisa dengan mendadak. Kira-kira H-5 hari kita baru panik untuk merancang dan
memantapkan kembali produk-produk apa saja yang akan kita jual, kita pun sibuk membagi
job-desc untuk tiap orang, sibuk membuat design, sibuk menganalisa pasar, sibuk
melakukan survei di berbagai tempat, serta sibuk membuat presentasi. Jujur saja
minggu tersebut adalah minggu yang sangat hectic untuk kelompok kami. Karena dengan
ide yang kompleks dan sudah pasti pelaksanaan/perealisasian kelompok ini akan
rumit, kami baru mengerjakan semua tugas tersebut dalam waktu lima hari. Padahal
kami sudah diberi waktu selama dua minggu yang seharusnya kami manfaatkan
dengan sebaik mungkin.
Seperti yang sudah diketahui juga, produk yang kita jual
adalah gelang Universitas yang dapat dibolak-balik. Jika dibalik akan menjadi
gelang Fakultas. Setelah survei di lokasi pembuatan, kita memiliki beberapa
kendala yang membuat kami juga menjadi exhausted. Yang pertama tempat tersebut
tidak dapat memproduksi gelang dengan model dapat dibolak-balik karena
tulisannya itu timbul. Yang kedua, untuk satu gelang tidak dapat dibuat dengan
warna yang berbeda antara bagian luar dan dalam. Saya tahu bahwa kelompok kami
memang sedikit idealis sehingga menjadi kurang realistis. Kami tetap stick
dengan ide gelang ini dan sekalian mencari-cari tempat lain agar dapat
merealisasikan ide kami. Target pasar kami adalah seluruh mahasiswa/i
Universitas Pancasila. Harga yang kami tawarkan adalah Rp 10,000. Again, sounds
crazy and unrealistic karena kita menginginkan modelnya yang tidak biasa. Lagi,
kita memungkinkan sesuatu yang tidak mungkin. Di sinilah saya menyadari
kelemahan kami.
Kelompok O-NINE menawarkan sebuah produk baru lagi selain
gelang yaitu Goodie Bag. Kami mendapat ide karena belum lama ini Fakultas
Teknik Universitas Pancasila mengadakan bazaar. Dalam event tersebut ada sebuah
booth yang menjual Goodie Bag dengan harga yang bisa dibilang sangat murah
yaitu hanya Rp 5,000.00 saja. Meskipun motifnya polos dan standard, dengan
harga yang murah seperti itu goodie bag tersebut lumayan laku karena kebanyakan
mahasiswi membutuhkan goodie bag sebagai tambahan membawa barang yang pada
umumnya tidak tertampung di tas pundak wanita. Itulah alasannya mengapa kita
ingin menjual goodie bag. saya sendiri pun merupakan pengguna goodie bag. Target
pasar kita adalah mahasiswi Universitas Pancasila yang pada umumnya lebih
memilih membawa goodie bag ketimbang harus memakai tas ransel ke kampus. Keunggulan
yang kita tawarkan adalah tampilannya yang edgy serta youthful. Kita akan
menambahkan dekor berupa quotes yang unik serta memotivasi penggunanya untuk
semangat menjalani hari. Dengan filosofi jika membawa goodie bag dari kami,
sama saja dengan membawa semangat baru untuk menjalani hari. Selain itu kita
juga memilih kualitas bahan yang awet dan tidak gampang robek yaitu bahan dari
canvas. Untuk tempat produksi, kita berencana untuk memproduksi di tempat yang
sama dengan kita memproduksi gelang yaitu di belakang rel UI. Harga yang kita
perkirakan adalah di bawah Rp 10,000 namun belum fix. Tetapi kita sangat
mengusahakan untuk tidak melebihi harga di atas.
Pada saat presentasi, kami menuai banyak pertanyaan. Baik
dari pak Seta maupun dari teman-teman. Sebenarnya saya merasa bahwa pertanyaan
dari Pak Seta mengandung makna yang tersirat apakah kami yakin ingin
melanjutkan bisnis yang sounds unlogical like this. Di situ pendirian saya
pribadi merasa goyah. Sebagian diri saya merasa kalau diteruskan, pasti sangat
menjadi beban. Namun sebagian besar dari keegoisan saya merasa bahwa market day
masih 3 bulan, saya dan teman-teman saya sudah bekerja keras untuk membangun
konsep ini masa saya mentahkan dengan mengganti bisnis lain. Ego saya pun
menang kala itu. Lalu hal yang membuat saya lebih down adalah ketika Pak Seta
menanyakan kira-kira audience berminat atau tidak membeli produk kami. And guess
what, one of my friends said NO loudly like literally L-O-U-D-L-Y. And i swear
i was cursed him inside my heart. I just didn’t want to show it and pretended i
was calm as hell. I just tried to be professional anyway. Kekurangan saat
presentasinya kita tidak memasukan analisis SWOT.
I think that’s pretty much what happened on our second
presentation. To see my presentation you can click on this link: http://my.visme.co/projects/kwh-ea964f#.VVy8b_JviJ0.email
Sebagai tambahan untuk melengkapi presentasi yang masih
kurang:
Analisa SWOT :
- Strenght
·
Kekuatan yang
kelompok kami miliki, ialah desian yang unik dan berbeda.
·
Harga yang
terjangkau.
·
Kualitas yang
terbaik.
- Weaknees
·
Kelemahan dari
kelompok kami ialah, kurangnya pengalaman untuk berwirausaha.
·
Sulitnya mencari
produsen yang sesuai dengan kriteria.
- Opportunity
·
Kami melihat
peluang pada saat Market day dan PPMB.
- Threats
·
Menurut kelompok
kami, pada produk desain yang akan kami produksi tidak ada ancaman dari dalam
pasar yang kami targetkan. Tetapi banyak ancaman dari luar pasar yang telah
kami targetkan.
Analisa Pasar :
Kelompok kami telah melakukan analisa pasar, dengan
melihat lingkungan sekitar pasar yang kami targetkan yaitu Universitas
Pancasila, bahwa belum ada produk seperti produk kami, dan kami sangat yakin
produk kami akan diminati.
Analisa Risiko :
Kelompok kami tentu saja sudah mempersiapkan diri
untuk menghadapi keadaan pahit dalam berwirausaha, mungkin strategi kami akan
ditambah seperti Buy 1 get 1 dsb.
No comments:
Post a Comment